Biografi K. Abdurrahman Wahid atau yang Akrab Dikenal Gus Dur

Redaksi

Biografi K. Abdurrahman Wahid atau yang Akrab Dikenal Gus Dur
Gambar: Biografi K. Abdurrahman Wahid atau yang Akrab Dikenal Gus Dur

KOPINSPIRASI – Gus Dur adalah seorang tokoh Indonesia yang terkenal dengan nama lengkapnya, Abdurrahman Wahid. Ia lahir pada tanggal 4 September 1940 di Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Gus Dur merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, dan Siti Fatimah.

Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur adalah seorang tokoh Islam dan politisi Indonesia yang lahir pada tanggal 4 September 1940 di Jombang, Jawa Timur. Ia merupakan putra dari seorang kyai terkemuka di Jawa Timur bernama Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Gus Dur memperoleh pendidikan formal di pesantren milik keluarganya, sebelum kemudian melanjutkan studi ke Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Di sana, ia menyelesaikan studi S-1 dan S-2 dalam bidang fiqh (hukum Islam). Selain itu, ia juga mengikuti kursus di bidang studi lainnya seperti sastra Arab dan filsafat.

Selain itu, Gus Dur juga memperoleh gelar doktor dari Universitas Teheran, Iran. Setelah menyelesaikan studi di luar negeri, ia kembali ke Indonesia dan terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial di Jawa Timur. Ia juga menjadi pengajar di Universitas Airlangga, Surabaya.

Gus Dur memulai kariernya sebagai seorang ulama dan pemimpin organisasi Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua umum NU selama tiga periode, yaitu pada tahun 1984-1999. Selain itu, ia juga aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan lainnya, seperti Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Gus Dur dikenang sebagai seorang tokoh yang memiliki sikap yang terbuka dan tidak segan mengkritik kebijakan yang dianggapnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan. Ia juga dihargai karena perannya dalam mendorong perdamaian dan toleransi antar umat beragama di Indonesia.

Meskipun terkenal dengan sikapnya yang progresif, Gus Dur juga merupakan tokoh yang diakui keilmuannya dalam bidang hukum Islam. Ia pernah menjabat sebagai Ketua umum Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Sebagai tokoh NU, Gus Dur memainkan peran penting dalam mempromosikan ajaran Islam yang toleran dan menolak radikalisme dan terorisme.

Gus Dur dianggap sebagai tokoh yang memiliki pengaruh besar di dunia Islam Indonesia, karena keberaniannya dalam mengkritik kebijakan yang dianggapnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan keberpihakannya pada kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Ia juga diakui sebagai tokoh yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah-masalah sosial dan kemanusiaan.

Gus Dur juga terlibat dalam kegiatan politik Indonesia. Ia pernah menjadi anggota DPR-RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada tahun 1999-2004. Pada tahun 1999, ia terpilih menjadi Presiden Indonesia yang pertama setelah reformasi, dan menjabat hingga tahun 2001. Selama masa kepresidenannya, Gus Dur berusaha untuk meningkatkan keadilan sosial, mengurangi korupsi, serta meningkatkan hubungan dengan negara-negara lain.

Gus Dur merupakan tokoh Islam dan politisi yang terkenal dengan sikapnya yang progresif dan konservatif sekaligus. Selama masa kepresidenannya, ia berupaya untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara serta mendorong reformasi di bidang hukum, ekonomi, dan sosial.

Gus Dur memiliki reputasi sebagai seorang ulama yang moderat dan tokoh yang memiliki pandangan yang luas. Ia juga dikenal sebagai seorang yang memiliki keberanian untuk mengambil sikap dan menyatakan pendapatnya, meskipun seringkali berbeda dengan mayoritas. Gus Dur meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2009 di Jakarta, Indonesia, akibat sakit jantung.

Setelah meninggal, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dimakamkan di Taman Pemakaman Pahlawan Kebangsaan (TMPK) Kalibata, Jakarta Selatan. Upacara pemakaman Gus Dur dihadiri oleh ribuan orang, termasuk para pejabat negara, ulama, dan tokoh masyarakat. Upacara pemakaman itu juga dihadiri oleh beberapa kepala negara, seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, dan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd.

 

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar