Kader PMII STKIP PGRI Sumenep; Kawanku Adalah keadilan, Musuhku Adalah Penindasan

Redaksi

Kader PMII STKIP PGRI Sumenep; Kawanku Adalah keadilan, Musuhku Adalah Penindasan

Oleh: Gibran*)

Organisasi Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia merupakan sebuah wadah yang mampu memberikan doktrin awal terhadap anggota maupun kader persoalan sumber daya manusia untuk membentuk taqwa intelektualitas, profesionalitas sebagaimana yang telah termaktub didalam tri khidmat PMII sendiri. Bahkan tidak hanya itu sudah jelas didalam tri komitmen itu tertulis kebenaran, kejujuran dan keadilan yang tentunya tidak sekadar dihafalkan namun mampu dijadikan landasan dan pijakan didalam berpikir dan bergerak.

Socrates pernah mengatakan dalam buku The Principles of Power bahwa jadilah orang yang memberikan nilai dan manfaat bagi dunia, sehingga kehadiranmu tidak terlupakan. Ketika kita yang hidup diorganisasi yang tidak mampu memberikan nilai dan manfaat bagi orang lain maka jelas kehadiran seorang aktivis tidak pernah diingat oleh orang lain. Pepatah lama mengatakan dimanapun kaki berpijak disitulah langit dijunjung, jadi jangan pernah merasa hebat kalau belum mampu membuat sebuah sejarah dalam hidup berorganisasi yang itu sangat bernilai dimata orang lain.

Oleh sebab itu kader dan anggota PMII hari ini juga mempunyai tanggung jawab besar untuk mempertanggung jawabkan hasil dari baca buku, dan diskusi sehingga bisa melek terhadap isu sosial, isu daerah maupun isu nasional, dengan seperti itu nilai kritis didalam sebuah organisasi masih tetap bernyawa dan tetap eksis menunjukkan taringnya dengan analisis segala isu sosial dan menggerakkan massa dengan propaganda dan advokasi sosial dengan begitu tetap konsistensi digerakan extra parlementer untuk mengawal kebijakan pemerintah di Kabupaten Sumenep.

Namun kondisi PMII STKIP PGRI Sumenep hari ini tidak sesuai yang kita harapkan, karena marwah ideologi yang selalu digaungkan saat acara kaderisasi namun masih mati persoalan gerakan dan advokasi. Hal, ini menunjukkan bahwa kepercayaan mahasiswa baru terhadap PMII sudah mulai menurun dikarenakan tidak mampu menerjemahkan Nilai Dasar Pergerakan yang seharusnya menjadi kerangka refleksi, kerangka aksi, kerangka ideologis. Sehingga ajaran yang terkandung didalam PMII seperti keislaman, kenegaraan dan ilmu pengetahuan tetap menjadi eksistensi kader dan anggota didalam berproses.

Sebagai seorang kader biasa yang sadar dan penuh prihatin terhadap pola manajemen kepengurusan dan langkah PMII STKIP Sumenep periode 2023-2024 sekarang, hanya berharap untuk lebih memperhatikan kejelasan arah gerak, lebih-lebih pada persoalan publik dan penguasa yang sudah mulai mengkhawatirkan. Adanya kemunduran demokrasi dan penyalahgunaan wewenang penguasa yang sudah hilang dari prinsip etika dan moral serta penegakan Hak Asasi Manusia.Maka sejatinya sebagai aktivis pergerakan tidak membiarkan atau pura-pura tuli dengan persoalan kritis seperti ini.

Seluruh anggota dan kader PMII harus mampu memahami dan menginternalisasikan nilai dasar PMII lebih-lebih ketika dihadapkan dengan persoalan berbangsa dan bernegara, menjaga cita-cita kemerdekaan dan reformasi baik secara personal maupun kolektif.
Dengan begitu maka jelaslah keberpihakan kader PMII STKIP PGRI Sumenep yang nyata melawan
ketidakadilan, kesewenangan, kekerasan, dan tindakan-tindakan negatif oleh tirani penguasa.

PMII STKIP PGRI Sumenep hari ini seakan apatis terhadap persoalan gerakan aksi sosial kemasyarakatan, gerakan propaganda dan gerakan advokasi sosial serta kurang peka terhadap kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan harapan rakyat hal seperti itu sudah tidak ada lagi.

Sejatinya diskursus dialektika harus berhasil menggiring pemikiran anggota dan kader langkah kongkret dari hasil pemikiran bersama kemana out put gerakannya, dan aksi-aksi nyata apa yang dibangun untuk menunjukkan tanggung jawab kepada publik bahwa PMII STKIP PGRI Sumenep tidak mati dan tidak tidur terhadap isu-isu kebijakan dan sosial kemasyarakatan.

Hal tersebut menyebabkan kerugian terhadap organisasi, terbukti anggota yang ikut Mapaba hari ini sudah menurun dari tahun sebelumnya. Hal ini juga karena faktor disorientasi proses di organisasi tingkat komisariat.

Banyak potensial anggota dan kader tidak diwadahi dengan baik sehingga kaderisasi tidak mampu menerjemahkan pikiran anggota sesuai dengan keinginannya. tidak heran ketika anggota yang selesai ikut Mapaba dan bahkan sudah menjadi kader masih ada yang pindah haluan dalam berideologi dan berorganisasi.

Oleh sebab itu saya sebagai kader PMII STKIP PGRI Sumenep yang sadar dan tidak mau mawarah organisasi yang sudah besar ini malah dinilai miring oleh sekelompok pemuda ataupun masyarakat civil society. Maka perlu kiranya seorang pemimpin Ketua komisariat dan pengurus segera memberikan arah transformasi gerakan baru untuk memperjelas identitas organisasi.

***

*) Penulis adalah Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep.

**) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kopinspirasi.com

Tags

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar