Oleh: Moh. Husain*)
Merombak Dada
Kurombak dada
yang patah dan terluka
agar denyutnya tak lagi menyebut namamu
dan
detaknya bukan lagi seikat ingatan tentangmu
maka aku pun berlindung dari godaan perempuan
yang menjerumuskan pada lembah masa lalu
(Jogja, 2023)
Centang Biru
Kau kira itu pesan?
itu luka yang telah diaduk perasaan
bila susunan abjad
yang lekat di ponselmu
hanya kau anggap pesan singkat
lalu kepada siapa
harus kukirim luka
agar temukan alamatnya?
(Jogja, 2023)
Â
Melumpuhkan Ingatan
Tolong buang jauh-jauh pikiran tolol itu
berdering di keningmu
berdenyut di otakmu
sontak kau teringat
ke atas ranjang, telanjang
di bawah bantal, berciuman
di dalam selimut, saling peluk
kenapa di bawah agama tuhan, kita saling terkam?
segalanya
melumer, memamerkan peler
mendesah, meneteskan darah
api menyala di dalam vagina
mentari sirna di dalamnya
sperma jatuh meneteskan air mata
klitoris menangis lebih tragis
tuhan-tuhan dipermainkan
tanpa kasihan
hanya ada satu sesembahan
selangkangan!
dan, adakah cara lain
melumpuhkan ingatan
selain melupakan tuhan?
(Jogja, 2023)
Â
Sperma
Ah, desahmu waktu itu
terasa yang aduh telah runtuh
dan siksa lekas sirna
perlahan beban  yang kau tanggung mulai hilang
lusuh ingatan terbasuh peluh
tanpa terasa
di bawah selimut
di balik peluk
kau petik luka di tubuh yang menyimpan derita
sebenarnya dari apa sperma tercipta
surga ataukah neraka?
(Jogja, 2023)
Â
Tuhan yang Lain
Yakin tuhan hilang dari ingatanmu?
bukankah dia bertahta di kepala
sembunyi di hati
kokoh di atas tubuh yang rapuh
tuhan memang menyebalkan kadang
meski kau buang
kau lupakan
tuhan lebih memilih bertahan
hingga batas waktu yang tak ditentukan
bila ada tuhan lain yang tak menyebalkan
tolong segera hantarkan
(Jogja, 2023)
Menjelang Kematian
Nakalku, rasanya kesedihan pun tak akan cukup tabah melihat air matamu
hanya dadaku
iya benar-benar hanya dadaku
tempat pulang seluruh dukamu
kiblat segala pelikmu
tempat kau memuja ketenangan
selain tuhan
bukankah di dalam cinta
kita akan menjelma tuhan bagi masing-masing pelukan?
sialnya
esok hari adalah kematianku, Na
kita tak akan punya cukup waktu
merindu dan bercumbu
merutinkan ritual kita
yang berupa ciuman-ciuman sederhana
adakah kain kafan untuk kukenakan selain kenakalanmu?
apakah takdir memang cukup tolol?
tak kuasa menempatkan kita pada pelukan yang tunggal, manunggal
abadi seusia tuhan
Na, mujhe tumase pyaar hai
(Jogja, 2023)
*) Penulis adalah Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Discussion about this post