Penulis : Sayyidah Najwa*)
Di sebuah taman kecil yang dikelilingi pepohonan rimbun, terlihat seorang gadis duduk di bangku kayu sambil melihat semeru yang sedang diselimuti awan. Setiap sore, tempat itu menjadi pengungsi dari hiruk-pikuk kota. Ia menyukai suasana tenang dan aroma segar dari pseuderanthemum reticulatum yang sedang bermekaran.
Kafa berjalan di seberang taman dengan tumpukan buku di tangannya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tampak mencari seseorang. Dan tanpa sadar, ia melihat gadis yang sedang merangkai cosmos peucedanifolius.
“Hei, ternyata disini!” Kafa kaget saat Ardan menepuk pundaknya.
Kalau saja, ia tidak janji bertemu Ardan hari ini, pasti ia sudah menghabiskan senja hari ini dengan melihat gadis cosmos tersebut.
Esoknya, setelah mengerjakan seluruh tugasnya di perpustakaan, Kafa berjalan menuju taman.
Tak sengaja ia melihat gadis cosmos yang sedang merangkai bunga. kali ini gadis itu merangkai chrysanthemum parthenium. Sudah dua purnama ia memperhatikan gadis itu dari jauh, namun belum pernah berani untuk mendekat.
Meskipun ragu, keinginan untuk mengenal gadis tersebut semakin kuat.
“Hei, itu bunga apa ?” tanya Kafa dengan senyum lebar.
Gadis itu terkejut, dan mengangkat wajahnya. “Oh, ini? Ini bunga krisan.”
“Aku Kafa” Kafa memperkenalkan dirinya.
“Nana” jawab gadis itu dengan senyum manis. “Senang bertemu denganmu.”
Lalu keduanya menghabiskan senja bersama dengan kesunyian diantara mereka.
Hari demi hari berganti. Semburat merah terlihat di ufuk barat, Kafa melangkah menuju taman. Namun kali ini ia tidak melihat gadis cosmos itu.
“Biasanya ia setiap senja disini, ah mungkin ada urusan lain,” gumam Kafa.
Esoknya, Kafa pergi ke taman, namun tak menemukan gadis cosmos itu.
Lalu ia meneguk kafein untuk mengusir kantuk saat ia membaca buku.
Telah tiga purnama ia menyusuri taman, namun ia tak kunjung melihat gadis cosmos, yang lumayan menyita pikirannya.
Bulan demi bulan berganti, tahun demi tahun berlalu.
Kafa duduk di barisan paling depan, ia menjadi tamu undangan untuk mengisi materi setelah pembukaan Festival Everland.
“Akhirnya, inilah acara yang ditunggu oleh kita, yakni pembukaan Festival Everland yang akan disah kan oleh CEO WKF Fleur Florist selaku penyelenggara, mari kita sambut Nana Rosella” ucap MC festival itu.
Seketika Kafa memperhatikan panggung, ia tercengang saat melihat seorang wanita yang selama lima warsa ini tidak ia temukan di taman. Wanita tersebut berjalan tersenyum menuju panggung, mata nya berbinar seakan ia mendapatkan sesuatu yang besar.
Saat Kafa melihat wanita itu menyampaikan kata terimakasih kepada pihak terkait. Tanpa ia sadari, mata mereka bertemu.
Seketika wanita itu terdiam, namun langsung melanjutkan pidato nya.
Kafa merasakan jantungnya berdebar saat melihat wanita itu, Kafa menyadari bahwa perasaannya tak pernah pudar pada wanita cosmos tersebut.
“Nana?” Kafa menyapa wanita itu saat ia juga duduk di barisan depan juga.
“Kafa?!”. Jawab Nana sambil menunjuk Kafa.
Kafa tidak menyangka kalau wanita cosmos itu masih ingat dengan dirinya.
“Tidak percaya kita bisa bertemu lagi setelah sekian lama,” jawab Kafa, tersenyum lebar.
“Ya, sudah lima tahun, kan?” ucap Nana, ia tidak menyangka.
“Kamu masih seperti dulu. Selalu cantik,” Kafa menjawab, merasa warna merah menghiasi pipinya.
Nana merasakan jantungnya berdebar saat Kafa mengatakan itu.
“Terimakasih. Bagaimana kabar kamu?” Nana bertanya, suasana mulai nyaman.
“Baik, alhamdulillah. Kalau kamu?” Kafa bertanya.
“Nana!!, ada yang mau ketemu kamu” Risma berteriak
“Kapan-kapan ya, kita ngobrol lagi” ujar Nana kepada Kafa,
“Sebentar, ini kartu namaku” ucap Kafa sambil meyodorkan kartu nama kepada Nana “Terimakasih!!” teriak Nana
***
“Saya terima nikah dan maskawin nya Nana Rosella binti Budi Utomo dengan maskawin yang telah disebutkan, dibayar kontan” Kafa mengucapkan kalimat itu dengan lantang.
Di dalam kamar yg semerbak wangi polianthes tuberosa seorang wanita menghapus air mata nya dengan perlahan-lahan.
Ia bahagia dan tidak menyangka mulai hari ini menjadi pasangan dari seseorang yang ia tidak sengaja bertemu.
“Hari ini masak apa?” Pelukan Nana mendarat ke pinggang Kafa.
“Hari ini masak pancake vegetable” Ucap Kafa sambil memotong wortel.
Sebelum mereka menikah, Nana memang berterus terang kepada Kafa bahwa ia belum bisa memasak. Dan Kafa tak mempermasalahkan hal itu.
“Maaf , aku belum bisa masak, daripada nanti kamu darah tinggi gara-gara aku kebanyakan ngasi garam” ucap Nana sambil tersenyum ke pria yang telah mengisi hati nya.
“Gapapa, nanti perlahan-lahan kamu belajar kalau ada waktu senggang. Sekarang fokus aja dulu sama ekspor bunga nya” Ujar Kafa sambil mengelus kepala Nana.
” Kamu hari ini ngisi seminar dimana? Tanya Nana.
“Aku hari ini ada jadwal di Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta sama di Universitas Sebelas Maret.”Jawab Kafa.
Kafa bekerja di universitas ternama di Yogyakarta, sesekali ia menjadi dosen tamu di beberapa universitas. Sedangakan Nana, ia melanjutkan usaha bunga potong dan hias dari orang tuanya yang berada di Bandung. Namun mereka tinggal bersama di kota Yogyakarta.
***
Kafa membuka kamarnya, namun tak menemukan wanita yang telah ia nikahi selama dua warsa ini
“Sepertinya Nana masih lihat petani deh.” Gumam Kafa.
“Apa aku pisah aja ya sama dia. Kayaknya dia lebih memprioritaskan kerja nya daripada aku”. Kafa berkata kepada dirinya sendiri.
“Tapi aku beralasan apa? Kapan waktu yang tepat untuk mengajukan gugatan?” Kafa bergumam sambil mengetik surat gugatan perceraian kepada pengadilan.
Kafa mulai merasa tidak cocok dalam rumah tangga ini. Ia berpikir untuk bercerai, merasa seolah cinta yang mereka bangun semakin memudar.
Nana memang sering pergi ke Bandung untuk melihat petani atau karyawan yang sedang bekerja. Ia harus melanjutkan usaha bunga orangtua nya dengan melihat perkembangannya sebagai tanda terimakasih nya kepada orang tuanya yang selalu merawatnya selama ini. Dan ia selalu izin kepada Kafa jika ia hendak keluar atau tidak berada di rumah.
***
Sedangkan di gudang pengemasan bunga di Bandung, Nana melihat karyawan sedang mengangkat boks-boks berisikan bunga kedalam truk.
“Aww sakitt” Teriak Nana
“Nana, kamu kenapa?” ujar Risma.
Saat Nana melihat karyawan sedang sibuk memotong bunga untuk distribusi, tiba-tiba ia merasakan kesakitan di perutnya.
“Kita ke rumah sakit dulu ya. Habis ini aku telpon Kafa”. Ucap risma membopong Nana.
“Gausah telpon Kafa, dia pasti lagi sibuk banget, takut ganggu” jawab Nana.
Di dalam mobil, Nana merintih kesakitan. Ia tidak pernah merasakan sakit yg seperti ini dalam hidupnya.
“Mana handphone kamu, aku mau telpon Kafa” Risma bersikeras untuk menelpon Kafa Saat Risma mengembalikan handphone Nana, ia melihat kaki Nana.
“Nana, ada darah!! ” Risma berteriak histeris.
Seketika tangisan Nana pecah, ia menangis tersedu-sedu.
“Ayo kita ke dokter kandungan” rintih Nana
Risma kaget dan bingung
“Oh iya-iya” jawab Risma.
Di lorong hotel, Risma mondar-mandir. Saat ini ia sangat bingung. Keadaan Nana sedang kritis, namun Kafa tidak menjawab telponnya smaa sekali.
“Apa kafa aku chat aja deh, kalau dari tadi ga di jawab telpon nya” gumam Risma.
Ia menghampiri dokter yg keluar dari ruangan Nana.
“Dok, bagaimana keadaan teman saya dok” ujar Risma
“Saat ini kondisi nya sudah stabil. Tinggal menunggu jadwal Dilatation and Curettage.” jawab dokter.
“Jadi, bayi nya ga selamat dok?” Ucap risma sambil menutup mulutnya.
Nana memang telah mengandung sekitar 5 minggu, dan ia selalu rutin kontrol ke dokter kandungannya. Namun belum ada sama sekali orang lain yang ia beritahu perihal kehamilan nya.
Nana tidak mengabarkan kehamilannya kepada Kafa karena ia sangat sibuk sekali dan takut menganggu fokusnya. Ia berencana mengabarkan kehamilannya saat trimester kedua. Namun ia harus merelakan janinnya.
***
“Jadi kenapa kita harus menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain? Karena…”
Tit tit tit …..
Kafa sedang mengisi seminar di kampus ternama di Bandung, ia melihat notifikasi telepon masuk dari istri nya.
“Mungkin dia mau bilang kalau mau pergi yang berhubungan dengan pekerjaan nya” Batin Kafa
Akhirnya ia menghiraukan notif masuk itu. Toh dia sudah hafal kenapa alasan Nana menelepon dirinya. Dan dia sudah mencetak surat gugatan perceraiannya.
Saat di lobi gedung, handpone Kafa berdering. Ia melihat notifikasi dari Risma, tapi ia hiraukan.karena mungkin ada hubungannya dengan Nana, wanita yang sudah tidak ia cintai saat ini.
Ketika ia hendak pulang, Kafa melihat notifikasi pesan masuk dari Risma satu jam yang lalu. Ia membaca pesan masuk dari Risma.
“Jadi selama ini Nana mengandung?!!” teriak Kafa.
Seketika ia menghidupkan mobil menuju rumah sakit tempat Nana dirawat.
“Nana, kamu baik-baik saja kan” ucap Kafa sambil memegang tangan wanita yang hendak ia talak ini.
Nana mengangguk sambil tersenyum.
“Maafkan aku, tidak menanyakan kabarmu selama ini. Aku selalu menganggap kamu baik-baik saja, padahal kamu telah berjuang sendiri di tengah kesibukan kamu mengurus usaha” ucap Kafa.
Meskipun janin mereka tidak selamat, hari itu menjadi titik awal bagi Kafa untuk memperbaiki hubungan yang sempat pudar, menjalin kembali ikatan yang telah ada sejak lama.
Kini, dengan tekad baru, mereka berdua bersiap menghadapi tantangan baru bersama, menyelami setiap detik kehidupan yang akan datang dengan penuh cinta dan pengertian. Takdir telah membawa mereka kembali.
***
*) Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Arab Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Akun Media Sosial: @syyhnwx (Instagram).
**) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kopinspirasi.com
Discussion about this post